Perundingan Pakistan – Afghanistan Berakhir Tanpa Kemajuan
Kasusku.com, ISTANBUL, TURKI—Dilansir dari laman berita Turkish Minute, negosiasi antara Pakistan dan Afghanistan yang digelar di Istanbul, Turki berakhir tanpa kemajuan.Negosiasi yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata permanen pasca bentrokan perbatasan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir itu rupanya tidak seindah dibayangkan banyak pihak.
Sejumlah sumber keamanan Pakistan mengungkapkan bahwa “upaya terakhir” yang terpisah dari perundingan masih berlangsung.seperti diketahui puluhan orang tewas di kedua sisi perbatasan dalam kekerasan terburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada tahun 2021 lalu.
Kedua negara bertetangga dekat itu kini telah mengalami kemerosotan hubungan yang tajam, setelah pemerintah Taliban membantah klaim Islamabad bahwa mereka melindungi militan yang melancarkan serangan di Pakistan.
Gencatan senjata awal selama 48 jam antara kedua pihak berakhir awal bulan ini. Gencatan senjata kedua dicapai pada 19 Oktober setelah perundingan di Doha, yang dimediasi oleh Qatar dan Turki, meskipun ketentuannya masih belum jelas.
Putaran terakhir di Istanbul dimulai hari Sabtu dan berlangsung menjadi sesi 18 jam pada hari Senin, menurut Radio Pakistan yang dikelola pemerintah Pakistan.
Sumber keamanan Pakistan mengatakan kepada kantor berita Inggris Agence France-Presse (AFP) bahwa delegasi Taliban Afghanistan awalnya menyetujui tuntutan Islamabad untuk "tindakan yang kredibel dan tegas" terhadap Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), atau Taliban Pakistan, tetapi kemudian membalikkan posisinya setelah menerima instruksi dari Kabul.
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif telah memperingatkan sebelum perundingan bahwa kegagalan mencapai kesepakatan dapat menyebabkan “perang terbuka.”
"Kami punya pilihan, jika tidak ada kesepakatan, kami akan berperang terbuka dengan mereka," kata Asif, Sabtu.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Abdul Mateen Qani, mengatakan serangan apa pun akan ditanggapi dengan respons “yang akan menjadi pelajaran bagi Pakistan dan pesan bagi negara lain.”
"Memang benar kami tidak memiliki senjata nuklir, tetapi NATO maupun Amerika Serikat tidak berhasil menaklukkan Afghanistan meskipun telah berperang selama 20 tahun," ujar Qani kepada kantor berita Afghan Ariana News.
Pertempuran meletus setelah ledakan di Kabul pada tanggal 9 Oktober yang oleh pemerintah Taliban dituduhkan dilakukan oleh Pakistan, yang memicu penembakan balasan di perbatasan.
Perbatasan tersebut tetap ditutup selama dua minggu, dan hanya warga Afghanistan yang diusir dari Pakistan yang diizinkan menyeberang.
Di kota perbatasan Spin Boldak, seorang pengemudi truk mengatakan kepada AFP bahwa “buah-buahan membusuk” di dalam kendaraan yang menunggu untuk diangkut.
"Ada 50 hingga 60 truk, beberapa membawa apel, yang lain membawa delima dan anggur," kata Gul, 25 tahun, yang hanya menyebutkan nama depannya. "Kami menunggu dan mendesak pemerintah untuk membuka kembali perbatasan."
Misi Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Afghanistan (UNAMA) mengatakan kekerasan yang terjadi pada hari Senin (27/10/2025) sedikitnya 50 warga sipil Afghanistan tewas dan 447 orang mengalami luka-luka dalam sepekan terakhir.
Tanpa menyebut korban sipil, militer Pakistan mengatakan bahwa pada 12 Oktober sedikitnya 23 personelnya telah tewas dan 29 lainnya luka-luka. (br/turkish minute/afp)
- 3 views



